Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Oktober 27th, 2009

Muhasabah merupakan senjata yang cukup ampuh untuk menjaga konsistensi dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt. Al-Hasan Al Basri rahimahullah berkata, “Seseorang senantiasa baik apabila muhasabah menjadi keinginannya”. Rasanya kita pun menyadari, satu bulan pasca bulan ramadhan adalah waktu yang cukup bagi kita untuk mengevaluasi diri dalam bentuk refleksi ketakwaan kita terhadap pribadi takwa yang sebenarnya. Refleksi ketakwaan ini dirasakan cukup efektif, agar kedepannya kita lebih punya jalan dan koridor yang jelas sehingga derajat ketakwaan tertinggi dapat diraih oleh masing-masing diri kita. Dalam hal ini, Allah ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah). Dan pada harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (Q.S. Az-Zariyat : 15-19)

Nampaknya, tidak cukup sulit bagi kita untuk memahami sifat orang-orang yang bertakwa di dunia dari ayat tersebut. Tidak sulit bagi kita untuk memahami bahwa orang yang bertakwa adalah orang yang senantiasa berbuat baik. Yakni orang yang senantiasa berusaha untuk menggapai dan menyadang sifat ihsan, yang merupakan puncak tertinggi dalam amal perbuatan. Sifat yang membuat  para muhsin (orang yang memiliki sifat ihsan) lebih mengutamakan kebutuhan orang lain dibandingkan kebutuhan dirinya sendiri. Sifat yang menjadikan orang yang memiliknya memperlakukan orang lain lebih baik dari perlakuannya terhadap dirinya sendiri.

Ayat di atas juga tidak begitu menyulitkan kita untuk memahami bahwa orang bertakwa adalah orang yang sedikit tidur di waktu malam tentunya hanya untuk beribadah kepada Allah ta’ala. Mereka senantiasa memohon ampunan pada waktu al-ashar, yakni seperenam malam terakhir. Dan mereka juga senantiasa menginfakkan harta mereka atas konsekuensi keyakinan adanya hak orang miskin dalam harta yang mereka miliki.

Tentunya kita semua menyadari bahwa ciri-ciri orang bertakwa yang disampaikan Allah SWT. dalam ayat tersebut bukan hanya untuk memberikan informasi biasa kepada kita. Ciri-ciri tersebut tentunya untuk kita jadikan refleksi diri kita akan sejauh mana pribadi kita, yang tentunya mengharapkan surga-Nya, mendekati pribadi orang-orang bertakwa yang disampaikan Allah. Refleksi inilah yang kemudian kita harapkan dapat menjaga dan meningkatkan derajat ketakwaan yang kita miliki saat ini. Ketakwaan yang tentunya kita harapkan mampu menjadikan kita tergolong orang-orang yang mendapatkan surga Allah SWT kelak. Ketakwaan yang tentunya pula kita harapkan menjadikan kita tergolong orang-orang yang selalu medapat ridho Allah dan sekalipun tak akan mendapatkan murka-Nya di surga yang dijanjikan-Nya. Wallahu’alam.

Read Full Post »